“Apa kamu masih mengoleksi Novel Andrea Hirata?” tanyaku memecah keheningan yang enggan menguap diantara kita saat berada disebuah Toko Buku, seolah kita berdua adalah dua orang yang baru saja saling kenal. Padahal kita pernah bersama-sama selama setahun lebih. Bukan sekedar akrab, tapi bahkan lebih dari itu. Dulu, hampir sepanjang hari kita menghabiskan waktu bersama, hingga aku bisa tau hal apa yang paling kamu sukai dan apa yang paling kamu benci. Aku juga sudah melihat wajah paling terjelekmu, begitu juga kamu. Seolah tidak ada lagi kekurangan diri yang saling kita sembunyikan. Tapi bukan berarti kita pacaran. Kita berdua hanyalah dua orang yang pernah terikat hubungan kerjaan. Tak lebih, andai aku bisa membaca perasaanmu.
05 Desember 2013
Pertemuan Kita (Aku dan Kamu)
“Apa kamu masih mengoleksi Novel Andrea Hirata?” tanyaku memecah keheningan yang enggan menguap diantara kita saat berada disebuah Toko Buku, seolah kita berdua adalah dua orang yang baru saja saling kenal. Padahal kita pernah bersama-sama selama setahun lebih. Bukan sekedar akrab, tapi bahkan lebih dari itu. Dulu, hampir sepanjang hari kita menghabiskan waktu bersama, hingga aku bisa tau hal apa yang paling kamu sukai dan apa yang paling kamu benci. Aku juga sudah melihat wajah paling terjelekmu, begitu juga kamu. Seolah tidak ada lagi kekurangan diri yang saling kita sembunyikan. Tapi bukan berarti kita pacaran. Kita berdua hanyalah dua orang yang pernah terikat hubungan kerjaan. Tak lebih, andai aku bisa membaca perasaanmu.
19 November 2013
MENCINTAIMU SEHARI
Apakah cinta itu bisa tumbuh hanya dalam sehari??
25 Oktober 2013
LMCR 2013 (Saat Kurapuh)
Alhamdulillah, senang banget LMCR tahun ini sekali lagi bisa masuk nominasi, meskipun hanya sebagai Pemenang Favorit dan namaku ada dideretan 112 dengan karya berjudul SAAT KURAPUH.
10 Oktober 2013
Cerpen "CERITA CINTA DI GOA LONDA"
Aku menatap nanar dua tulang
tengkorak yang berdampingan disudut goa yang gelap dan dingin ini. Sekujur tubuhku
ikut membeku. Bukan karena aku merasa ketakutan, sama sekali bukan. Tetapi
karena aku teringat kenangan setahun lalu ditempat ini. Tempat yang sama,
menyaksikan dua tengkorak berdampingan yang masih sama. Hanya saja keadaannya
kini yang sudah berbeda. Dulu aku memandang dua tengkorak ini bersama denganmu,
dengan perasaan takjub dan sedikit berbunga-bunga. Tapi kini, aku memandangnya seorang
diri, hampa, dengan mata yang nyaris berkaca-kaca.
Setahun yang lalu kita pernah
ketempat ini, mengikuti study tour
bersama teman-teman seangkatan kita diFakultas Bahasa Inggris. Meskipun sudah
tinggal lama di Sulawesi, tapi itu adalah pertama kalinya aku mengunjungi Tana
Toraja. Beda denganmu yang memiliki hobi menjelajah. Dan mungkin itu adalah
perjalananmu yang ketiga kalinya. Makanya kamu sangat berbangga hati saat akhirnya
terpilih menjadi Leader Rombongan kita.
Tana Toraja memang sudah dikenal
hingga diluar Sulawesi, bahkan sampai diluar negeri. Selain tentang rumah adat
dan hasil ukirannya, Tana Toraja juga sangat terkenal dengan ritual
pemakamannya. Dan dari semua lokasi yang kita kunjungi waktu itu, diantaranya
Kampung Labo, Lemo, Londa, Kambira dan Suaya, semuanya menceritakan tentang
pesta kematian dan tata cara penguburan yang unik. Memang terdengar sangat
menyeramkan sih, dan aku beruntung karena memiliki kamu. Jadi aku bisa
menggenggam jemarimu setiap kali merasa ketakutan atau bersembunyi dibalik
punggungmu setiap kali menyaksikan pemandangan yang menyeramkan.
Aku ingat, saat itu di Kampung Lebo
sedang berlangsung upacara kematian. Ada banyak binatang yang dikorbankan dalam
acara tersebut. Salah satunya kerbau, yang harganya bisa mencapai ratusan juta.
Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan
puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang
diiringi musik dan tarian.
Saat itu aku melihat empat orang
lelaki tampak mengusung seekor babi yang beratnya tak kurang dari 50kg. Dan itu
pertama kalinya aku melihat babi secara langsung, yang seketika membuatku
bertanya-tanya
“Roy, jadi seperti itu yah binatang
babi?” bisikku ditelingamu waktu itu
“Iya, memang kamu belum pernah liat?”
“Belum” jawabku jujur “Tapi kok
warnanya abu-abu sih?”
“Hah? Harusnya??” tanyamu dengan wajah
bingung
“Bukannya babi itu berwarna pink
seperti yang ada dalam film kartun?” jelasku yang seketika membuatmu
mati-matian tertawa
Aku memang sangat menyukai warna
pink, bahkan bisa dibilang aku maniak. Hampir semua barang yang aku gunakan
semuanya bewarna pink. Tas,
sepatu, handphone, kamera digital,
semuanya. Dan kamu sudah bisa menerima semua itu. Meskipun cewek PINK sepertiku
sebenarnya bukanlah kriteria idaman seorang cowok penjelajah sepertimu. Dan ketika
aku juga berpikir kalau binatang babi itu berwarna pink, kamu mengatakan kalau
imajinasiku terlalu tinggi. Dan itu membuatmu tidak henti-hentinya tertawa.
Setelah itu, sebagai Leader
Rombongan, kamu kemudian membawa kita menuju Kambira. Sebuah tempat yang biasa
disebut kuburan bayi. Nampak hutan bambu yang lebat, tumbuh dengan padat seolah
memayungi jalan setapak yang kita lalui waktu itu. Sejuk memang, tapi tetap
membawa aura mistis yang sempat membuat bulu kuduk merinding. Tepat ditengah-tengah
hutan bambu itu, berdiri kokoh Pohon Tarra. Pada batang pohon ini, nampak beberapa
ijuk berbentuk persegi. Dibalik ijuk itu tersimpan mayat-mayat bayi. Kuburan
pohon inilah yang disebut Baby Grave.
Toraja memang sebuah tempat yang
tidak hanya menyuguhkan bentangan alam yang memukau, namun juga menyimpan akar
tradisi budaya yang masih kental. Salah satunya tradisi tentang kematian. Dan
ada satu cerita kematian paling romantis, sekaligus tragis, yang membuatku
tidak bisa melupakan tempat ini. Menatap dua tulang tengkorak yang berdampingan
dalam goa yang dingin dan sepi ini.
“Dulu,
dikampung ini
ada seorang gadis yang sangat cantik. Namanya Lebonna”
ceritamu saat itu, ketika kamu baru saja kembali dari perjalanan pertamamu
mengunjungi Tana Toraja.
Katamu,
Lebonna adalah gadis rebutan dikampungnya. Tapi dia lebih memilih jatuh hati
pada seorang lelaki bernama Massudilalong Paerengan. Seorang lelaki tampan,
pemberani dan sakti. Mereka berdua pun saling mengikat janji, untuk sehidup
semati. Dan saat meninggal nanti, mereka berdua ingin dimakamkan dalam satu
peti yang sama.
Sungguh kisah yang romantis, apalagi
kamu bilang kalau kisah mereka dikenal sebagai kisah Romeo dan Juliet versi Tana
Toraja.
Kemudian
seiring berjalannya waktu, hubungan mereka berdua pun semakin dekat, sehingga
banyak orang yang cemburu pada mereka. Hingga suatu hari, terdengarlah kabar bahwa
daerah tetangga akan melakukan penyerangan, dan Paerengan yang memang dikenal
sebagai Ksatria, dipercayakan untuk memimpin pasukan.
Saat
terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam kabur dari
medan pertempuran dan datang menemui Lebonna. Dia kemudian menyampaikan
berita bohong, bahwa Paerengan telah gugur dalam medan pertempuran, berharap
Lebonna akan berpaling hati padanya. Namun yang terjadi, Lebonna sama sekali
tidak bergeming, karena cintanya memang hanya untuk Paerengan.
Berhari-hari
Lebonna mengurung diri dan tak mau makan. Setiap malam dia selalu teringat akan
janji mereka untuk sehidup semati. Hingga akhirnya, Lebonna menepati janji yang
pernah dia ucapkan bersama Paerengan. Lebonna memilih gantung diri demi
membuktikan cinta sucinya. Dia ingin menyusul Paerengan yang telah lebih dulu mati
dimedan pertempuran.
Setelah
tewas gantung diri, jasad Lebonna kemudian dimakamkan disebuah liang batu. Dan
saat akan dimasukkan kedalam liang, tiba-tiba sebuah pintu baru tertutup rapat,
hingga rambut panjang Lebonna masih terurai keluar sampai bibir goa. Menurut
kepercayaan masyarakat Toraja, saat itu Lebonna masih belum rela masuk kedalam
liang tanpa ditemani Paerengan, sang kekasih yang sudah mengikat janji
dengannya untuk sehidup semati.
Paerengan
pun akhirnya kembali dari medan pertempuran dengan membawa kabar kemenangan.
Namun alangkah terpukulnya dia ketika tau kalau Lebonna telah meninggal dunia.
Sejak saat itu, hidup Paerengan pun semakin tidak menentu.
Lalu
suatu hari, Paerengan meminta Dodeng, pembantu terdekatnya untuk mengambilkan
tuak, yang pohonnya kebetulan berdekatan dengan liang kubur Lebonna. Dan saat
akan mengambil tuak, tiba-tiba Dodeng mendengar suara Lebonna melalui lirik
sebuah lagu. Dalam lagu itu Lebonna selah ingin menyampaikan
bahwa dia belum rela mati tanpa ditemani Paerengan, kekasihnya yang sudah
berjanji akan sehidup semati.
Setelah
mendengar lagu itu, Dodeng buru-buru berlari kerumah Paerengan tanpa sempat
mengambil tuak lagi. Dia pun tidak menceritakan hal itu kepada Paerengan karena
masih belum yakin dengan apa yang didengarnya. Hingga besoknya, Dodeng kembali untuk
mengambil tuak. Dan suara itu kembali didengarnya. Dodeng pun lalu mengambil
langkah seribu tanpa membawa tuak. Paerengan pun semakin curiga melihat sikap
Dodeng yang ketakutan. Dia kemudian memaksa Dodeng untuk bercerita. Dan seolah
ingin membuktikannya sendiri, Paerengan pun mengikuti Dodeng mengambil tuak.
Dan suara itu kembali terdengar. Paerengan benar-benar tak percaya mendengar pesan Lebonna melalui lirik lagu itu. Dia merasa
sangat bersalah karena tidak menepati janjinya.
Sebagai
Panglima Perang, Paerengan akhirnya meminta semua pasukannya berkumpul dengan
membawa tombak. Saat itu puluhan kerbau telah disiapkan. Dan semua tentaranya
telah menancapkan tombak masing-masing dengan posisi mata menghadap keatas.
Saat semua warga dan tentara berkumpul, diam-diam Paerengan naik keatas atap
pendopo. Mereka semua berpikir Paerengan akan menyampaikan pidato. Namun yang
terjadi, Paerengan justru melompat tepat diatas ratusan tombak yang telah
ditancapkan. Dia pun seketika tewas dengan tragis.
Namun
ternyata Paerengan dimakamkan ditempat lain, bukan ditempat Lebonna pernah
dimakamkan. Hingga yang terjadi, jenazah Paerengan selalu kembali kerumahnya
secara tiba-tiba. Dan kejadiaan aneh itu terulang selama tiga kali. Sampai
akhirnya Dodeng menceritakan semuanya. Hingga Paerengan pun dimakamkan satu
liang dengan Lebonna. Saat itulah mayat Paerengan menjadi tenang, karena dia
telah memenuhi janjinya.
Mungkin cerita kematian Lebonna dan
Paerengan yang menjadi alasan pertamaku untuk datang mengunjungi Tana Toraja. Sejak
kamu menceritakan kisah mereka malam itu, aku ingin sekali bisa mengunjungi
Toraja demi menyaksikan langsung dua tengkorak pasangan cinta sejati itu. Hingga
setahun lalu, ditempat yang sama, disuatu pagi saat semua peserta study tour masih tertidur lelap karena
kelelahan, kamu mengajakku ketempat ini. Didepan dua tulang tengkorak ini,
dengan tangan kita yang bergandengan erat, kamu berjanji kalau kita akan selalu
bersama. Tak akan pernah terpisah, hingga kematian menjemput kita.
Tapi Tuhan berkata lain. Kita berdua
ternyata tidak diizinkan untuk selamanya bersama. Kecelakaan mobil tiga bulan
lalu seolah meyakinkan aku kalau manusia hanya bisa berencana. Sementara Tuhan
yang menentukan segalanya. Kini kamu telah pergi meninggalkan aku untuk
selama-lamanya. Meninggalkan semua janji dan mimpi indah yang pernah kita
rangkai bersama.
Tempat ini masih sama, dua tulang
tengkorak itu juga masih sama, hanya saja keadaan yang kini sudah berbeda. Dulu
aku ketempat ini bersamamu, menggenggam jemarimu setiap kali aku merasa
ketakutan, atau bersembunyi dibalik punggungmu setiap kali melihat pemandangan
yang menyeramkan. Tapi kini, aku berdiri ditempat ini, sendiri dan sepi. Tak
ada lagi jemari yang bisa kugenggam saat ketakutan. Juga punggung hangat yang
bisa melindungiku dari kesepian. Tanpa sadar air mataku menetes perlahan
“Kak Rara, kok ngelamun disini?
Teman-teman udah nungguin tuh diluar” buru-buru aku menghapus air mataku “Habis
ini kita mau kemana lagi?” ujar Dita memaksaku tersenyum. Kalau dulu aku ke
Toraja dengan kamu sebagai leader rombongan
kita. Sekarang aku yang malah menjadi leader
untuk adik-adik angkatan kita. Kamu pasti tak akan percaya.
Aku memang tidak memiliki jiwa
penjelajah sepertimu. Pecinta khasanah budaya dan selalu memiliki banyak cerita
petualangan indah. Aku bahkan hanya seorang gadis manja yang tidak memiliki
keberanian untuk bepergian. Tapi sejak saat itu, Toraja seolah telah mendapat
ruang tersendiri dihatiku. Aneh memang, padahal ditempat ini sangat sarat
dengan kejadian mistis yang bisa membuatku ketakutan. Sebuah tempat dimana kita
bisa menyaksikan sebuah kematian dengan lebih dekat.
Kamu pernah bilang padaku, mencintai
budaya itu sama halnya dengan mencintai orang yang kita sayang. Kita tak akan
pernah tau betapa indah, betapa hebatnya sebuah kebudayaan jika kita tidak
menyatu dengannya. Begitu juga dengan cinta, harus menyatu dulu untuk bisa tau
segalanya. Dan perjalanan ke Toraja bagiku adalah sebuah perjalanan yang sarat dengan
makna cinta.
Aku bisa melihat kecintaan masyarakat
Toraja terhadap leluhur dan Tuhan mereka, sehingga mereka masih tetap
memelihara dan mempertahankan tradisi penguburan yang unik ini. Kecintaan orang
tua terhadap bayi-bayi mereka, sehingga memilih menguburkan jenazahnya di Pohon
Tarra agar bisa mendapat susu dan memudahkan jalan menuju syurga. Juga besarnya
cinta Lebonna dan Paerengan sehingga mereka lebih memilih menjalani kematian
bersama. Semua itu adalah bukti betapa Toraja adalah sebuah tempat yang dipenuhi
dengan cerita cinta.
Dan aku yakin, akan selalu ada alasan
untuk kembali mengunjungi tempat ini. Selain karena budayanya yang kental dan
unik berbalut keindahan alam yang menakjubkan, aku juga memiliki sebuah
kenangan indah ditempat ini. Kenangan bersamamu di Goa Londa yang tak akan bisa
terlupakan. Meski kini kamu tak ada lagi bersamaku, menemani aku menjelajahi beragam
kebudayaan dan merangkai cerita indah petualangan, tapi kamu akan selalu ada
dihatiku. Seperti boneka babi berwarna pink pemberianmu, yang kini selalu menemaniku
kemana-mana. Aku percaya, tak harus menjadi Lebonna untuk bisa membuktikan rasa
cintaku padamu. Memilih menjalani kematian bersama, bukanlah satu-satunya cara
untuk bisa membuktikan kekuatan cinta. Justru dengan melanjutkan hidup, aku
bisa membuktikan betapa aku sangat mencintai kehidupan yang sudah diberikan
Tuhan padaku.
Dan aku janji akan terus melanjutkan hidupku, dengan berbagai cerita petualangan baru. Cerita perjalanan penuh cinta yang tak akan pernah lelah kutuliskan untukmu. Doa tulus akan selalu kukirimkan padamu, semoga kamu selalu bahagia dialam sana. @murthyf.rone