10 Mei 2017

BECAUSE, LIFE IS NOT A FAIRYTALE



Tiba-tiba saja kepikiran untuk buat postingan yang tidak penting ini. Mungkin karena sekarang aku lagi nyelesain naskah yang mengambil tema tentang Dongeng (lagi). Dulu juga aku pernah menerbitkan Buku Antologi Cerpen dengan judul Dongeng Sehari. Entah kenapa aku suka sekali menulis dengan mengambil tema Dongeng. Setelah berhasil dengan Cerpen berjudul FAIRYTALE yang masuk sebagai nominasi Cerpen Jepang, sekarang aku mencoba menulis lagi sebuah cerpen dengan tema Dongeng. Kali ini kolaborasi tentang Sang Barbie dan Cinderella. Penasaran? Aku sendiri yang menulisnya juga sangat exicted dengan cerita ini. Bahkan dibeberapa bagian aku sempat sesegukan waktu nulis. Okeh, penulis baper emang kayak gitu.
Cerpen ini pun aku buat untuk ikut serta dalam sebuah lomba yang lumayan bergengsi sih. Dan naskahnya itu 20 sampai 30 halaman. Dan aku baru nulis kurang lebih 15 halaman. Deadline masih lama sih, tapi bukan berarti aku harus leyeh-leyeh gitu. Karena setelah cerpen ini selesai, aku masih harus fokus untuk menyelesaikan sebuah Novel untuk Lomba juga. Pokoknya, jadwal menulisku lagi padat merayap, hampir ngesot pula. Untungnya bukan Suster. Eh? #Abaikan!!

Yang pasti kehidupan itu bukanlah sebuah dongeng yang selalu happy ending. Cita-cita yang tak selamanya berujung kesuksesan. Juga kisah cinta yang tak selalu menjanjikan kebahagiaan, malah lebih sering menyakitkan dan berujung kekecewaan.
Seperti kisah yang sementara aku tulis ini. Sang Barbie tidak selalu tentang seorang perempuan cantik, seksi, tinggi, memiliki kaki jenjang dan rambut bergelombang. Barbie yang manja dan hidupnya selalu bersenang-senang. Atau tentang Cinderella yang bertemu Pangeran dan meninggalkan sepatu kaca disebuah pesta dansa. Sungguh ini bukan dongeng yang seperti itu. Dan kehidupan nyata tidaklah selalu berakhir dengan bahagia.

Kamu tidak perlu meninggalkan sebelah sepatu kaca, apalagi ditengah malam buta, hanya karena berharap seorang Pangeran akan menemukanmu. Tidak akan ada pula sang Peri yang akan menyihir labu menjadi kereta kuda. Kalaupun ada, labunya pasti dibuat sayur, lalu dimakan bersama. Sepatu sebelah juga tidak bisa dipakai siapa-siapa, sekalipun sepatu itu terbuat dari kaca dan sangat mempesona. Paling juga pemulung yang menemukannya akan sangat bahagia. Karena Dongeng hanya ada dalam buku cerita. Hanya sebagai pengantar tidur saja. Kalau pun sepatumu hilang sebelah, mungkin kamu yang lupa naruh atau sengaja membuangnya dimana.

Tidak harus dengan meninggalkan sepatu sebelah agar seseorang menemukanmu. Karena jodoh tidak ditentukan dari sebuah sepatu atau kisah sayur labu. Jodoh itu…. Eh kok jadi ngebahas jodoh sih. Aduh sebelum pembahasan semakin jauh, kayaknya stop dulu postingan tidak penting ini. Aku mau lanjutin naskah ini dulu, biar cepat beres. Biar bisa lanjut ke tulisan berikutnya. Semangat menulis…