(Kim Hee Rae)
Suasana Book Cafe yang tenang, membuat aku semakin larut dalam lamunan.
Meski suasananya yang terkesan mirip dengan perpustakaan, tapi Cafe ini adalah
tempat favoritku di Gangnam. Ditempat ini aku selalu bisa menenangkan diriku
setiap kali ada masalah. Dan lagi, di Cafe ini aku bisa menikmati kopi
favoritku.
Aku menopang daguku dengan dua tangan
sambil memandang kosong segelas kopi didepanku. Pikiranku kembali melayang
jauh. Lagi-lagi aku memikirkan dia. Meski sudah berusaha menepis jauh
bayangannya dari benakku, tapi tetap saja bayangan itu selalu kembali, memenuhi
pikiranku, berkali-kali. Aku sendiri bahkan sudah kehabisan cara untuk
memusnahkan bayangannya
“Aku rasa kamu benar-benar sudah
jatuh cinta sama dia” ujar Hyun Ki, menyadarkan aku dari lamunan
“Mwo?1”
seruku kaget “Ahh... Ani2”
jawabku mengelak “Maksudku, aku sendiri belum yakin kalau aku benar-benar jatuh
cinta sama dia. Siapa tau saja ini hanya perasaan sesaat yang sebentar lagi
menghilang” jawabku tak yakin. Karena sebenarnya perasaan ini sudah lama
kurasakan dan belum juga menghilang sampai sekarang.
Sudah lebih dari tiga bulan ini aku
mengikuti Les Privat Bahasa Indonesia. Itu karena tak lama lagi Appa3 akan pindah kerja di
Indonesia dan kami sekeluarga ikut pindah kesana. Appa memang orang Indonesia asli yang dulunya bekerja di Korea
sampai akhirnya menikah dengan Eomma4.
Awalnya aku tidak terlalu tertarik
untuk ikut privat ini. Aku pikir saat sudah tinggal di Indonesia nanti, aku
pasti bisa berbahasa Indonesia dengan sendirinya. Tapi saat bertemu Soo Jin Oppa5, aku tiba-tiba menjadi
sangat semangat. Bagiku, dia guru privat yang benar-benar keren.
Soo Jin Oppa adalah salah satu Mahasiswa berprestasi di Universitas Woosong yang mengambil jurusan Bahasa Indonesia. Katanya, dia sangat tertarik dengan Indonesia. Apalagi dengan kebudayaannya. Dan kalau nanti kuliahnya sudah selesai, Soo Jin Oppa ingin bekerja di Indonesia. Dan aku berharap aku bisa bertemu dia nanti di Indonesia.
Soo Jin Oppa bagiku adalah sosok yang sangat dewasa. Dia bukan hanya
sekedar guru privat untukku, tapi juga teman curhat yang paling menyenangkan.
Dia banyak memberiku nasihat yang bijaksana. Dia juga selalu sabar meladeni
sikapku yang manja. Pesan-pesan singkatku yang tidak penting, namun selalu
dibalasnya. Yang pasti, aku selalu merasa nyaman saat berada didekatnya.
“Hee Rae” panggil Hyun Ki, lagi-lagi
menyadarkan aku dari lamunan “Kenapa kamu bolos kursus hari ini? Bukannya kamu
selalu semangat setiap kali akan bertemu Oppa-mu
itu?” lanjutnya membuatku mendesah panjang
“Itu dia....” ujarku tak semangat
“Aku takut akan semakin jatuh cinta jika terlalu sering bertemu dia. Ada
pepatah yang bilang kalau Cinta bisa tumbuh karena terlalu sering bersama. Dan
mungkin proses itulah yang sedang terjadi diantara kita” jelasku membuat Hyun
Ki terlihat bingung
“Jadi, sekarang aku ingin menghindar
dari Soo Jin Oppa. Aku takut berharap
dari sesuatu yang tidak pasti. Lagi pula aku juga belum yakin tentang
perasaannya padaku. Dan aku juga pernah dengar....”
“Dengar apa??” tanya Hyun Ki karena
aku tidak melanjutkan ucapanku, malah terdiam
“Hee Rae” Hyun Ki terlihat penasaran.
Dan aku hanya tersenyum padanya, lalu meneguk habis segelas kopi milikku
“Pulang yuk” ajakku seketika
membuatnya mendesah sebal
“Tapi pertanyaanku belum dijawab” ujarnya
lagi
“Sudahlah, tak penting” balasku, lalu
menarik Hyun Ki bangkit dari kursinya. Aku masih saja menggandeng lengan Hyun
Ki saat kita keluar dari Cafe. Dan tepat didepan pintu, aku bertemu
seseorang....
***
(Lee Soo Jin)
Entah mengapa sejak tadi aku merasa
tidak konsentrasi saat mengajar. Tidak seperti sore-sore yang lain. Malah
akhirnya aku lebih memilih memberikan pekerjaan rumah, agar jam privat sore ini
segera berakhir. Tiba-tiba aku merasa seperti kehilangan. Entah apa? Apa karena
salah satu siswaku tidak masuk kursus sore ini? Tapi mengapa aku harus merasa
kehilangan?
“Oppa...”
panggilan itu seketika membuatku kaget
“Yun Ha? Sedang apa disini?”
“Kebetulan aku baru pulang kerja.
Aku bosan, jadi aku ingin ajak kamu jalan-jalan. Kamu sudah selesai ngajar
kan?”
“Iya, ini baru selesai. Kamu mau
kita jalan kemana?”
“Terserah” ujarnya membuatku
berpikir sejenak
“Kita ke Cafe saja yah”
“Okey” jawabnya setuju. Aku kemudian
membereskan barang-barangku, lalu pergi bersama Yun Ha. Dan entah mengapa
sepanjang jalan aku terus saja diserang perasaan kehilangan yang sejak tadi
kurasakan.
***
(Kim Hee Rae)
Aku terpaku didepan pintu cafe saat
menatap seseorang yang kini berdiri didepanku. Seseorang yang sebenarnya ingin
kuhindari, hingga sengaja bolos kursus hari ini. Tapi mengapa dia bisa berada
ditempat yang sama denganku. Apa ini yang namanya kebetulan?
“Hee Rae..” ujarnya terkejut
melihatku. Dan dia juga ikut melihat lenganku yang masih menggandeng lengan Hyun
Ki
“Soo Jin Oppa” ujarku lalu ingin cepat-cepat melepaskan tanganku dari lengan
Hyun Ki. Aku takut Soo Jin Oppa akan
salah paham. Aku tak mau dia berpikir kalau Hyun Ki adalah pacarku. Aku tak mau
dia cemburu.
Tapi, baru juga aku ingin melepaskan
tanganku dari lengan Hyun Ki, aku lebih dulu melihat tangan seorang gadis
melingkar dilengan Soo Jin Oppa.
Persis seperti yang sedang kulakukan pada lengan Hyun Ki saat ini
“Nugu6
Oppa?” ujar gadis yang muncul dari
balik punggung Soo Jin Oppa
“Siswa aku” jawab Soo Jin Oppa pelan, masih terus menatapku. Sementara aku semakin mempererat gandenganku pada lengan Hyun Ki. Seketika aku merasa seperti kehilangan pijakan
“Kita duluan yah” ujar Hyun Ki memecah hening
“Hee Rae, Kaja7” kalau
tadi aku yang menggandeng lengannya, kini Hyun Ki yang menarik lenganku,
membawa aku menjauh dari Soo Jin Oppa
dan gadis itu yang aku yakin adalah pacarnya.
Hyun Ki memberiku helm, lalu meminta
aku segera naik keboncengannya. Aku pun hanya menurutinya, seperti sebuah robot
yang mengikuti perintah. Aku bahkan tak bisa lagi mengontrol diriku sendiri.
Aku belum pernah sekacau ini. Aku belum pernah sesedih ini.
Motor Hyun Ki terus melaju dijalan
raya sepanjang Yeoksam-dong. Gedung-gedung perkantoran nampak menjulang
kelangit malam yang mulai gelap. Lampu-lampu jalan mulai menyala, memantulkan
sedikit cahaya dari wajahku yang sudah dibasahi air mata. Entah mengapa aku
bisa merasa sesedih ini
“Hee Rae” panggil Hyun Ki dari balik
helm “Kamu baik-baik saja?” tanyanya khawatir
“Ne8”
jawabku pelan, berusaha menahan air mata yang siap mengalir diwajahku saat ini.
Ada sesak yang tiba-tiba menyeruak dari dalam hati. Aku pasti sedang patah
hati.
Sejak awal aku memang sudah pernah
mendengar kalau Soo Jin Oppa sudah
memiliki yogja chingu9.
Teman-teman kursusku pernah melihat mereka jalan berdua. Tapi aku seolah tidak
ingin percaya dengan semua itu, sebelum aku melihatnya sendiri. Apalagi sikap Soo
Jin Oppa padaku selama ini sangatlah
berbeda. Dia selalu membuatku merasa istimewa. Dan kedewasaannya yang membuatku
akhirnya jatuh cinta. Meski aku tau, kalau Soo Jin Oppa tak akan mungkin menyukai siswa SMA sepertiku. Usia kita
berbeda enam tahun. Dia pasti akan lebih memilih gadis yang seumuran dengannya.
Gadis dewasa yang bisa menyeimbanginya. Bukan cewek kekanak-kanakan sepertiku.
Mungkin selama ini Soo Jin Oppa hanya
menganggapku sebagai adik, atau bahkan hanya sebagai siswanya. Dan aku sudah
sangat bodoh mengartikan lebih. Yang akhirnya membuat aku merasa sakit sendiri.
***
(Lee Soo Jin)
Aku menatap kosong secangkir kopi didepanku.
Pikiranku tak tentu arah. Belum pernah aku merasa sekacau ini. Ada apa
sebenarnya denganku? Tidak mungkin aku cemburu
“Oppa,
Gwaenchanha?10” ujar Yun
Ha menyadarkan aku dari lamunan “Kopinya sudah dingin. Ayo diminum” lanjutnya
membuatku berusaha tersenyum kecil padanya.
Pantas saja Hee Rae bolos kursus
sore ini. Ternyata dia lagi pacaran disini. Dan untuk apa aku mencemaskannya
selama jam kursus tadi. Untuk apa aku merasa kehilangan, kalau sebenarnya dia
sedang bersama seseorang disini. Aku salah jika menganggap dia istimewa. Anak
remaja sepertinya, tidak akan mungkin jatuh cinta pada cowok dewasa sepertiku.
Usia kita bahkan terpaut enam tahun. Sementara cowok yang bersamanya tadi
terlihat seumuran dengannya. Hee Rae pasti lebih nyaman bersama cowok itu
dibanding aku
“Oppa,
museun ilisseo?11 Dari
tadi kamu melamun terus” lagi-lagi aku tersadar dari lamunanku
“Tidak apa-apa, Hee Rae” ujarku
tanpa sadar, seketika membuat Yun Ha menatapku tajam. Dan aku seperti menyesali
apa yang baru saja kukatakan
“Kamu mikirin Hee Rae? Siswa
kursusmu tadi?” Yun Ha masih menatapku dan aku sengaja mengalihkan pandanganku
ketempat lain
“Oppa,
sebenarnya ada apa?” aku tak tau harus menjawab apa. Aku sendiri bingung dengan
apa yang terjadi “Kamu baik-baik saja kan?” tanyanya lagi
“Iya, aku baik-baik aja” jawabku
akhirnya “Mianhae12”
ujarku merasa bersalah
“Arasseo13.
Mungkin kamu lagi tidak konsentrasi. Sepertinya kamu perlu istirahat” ujar Yun
Ha berusaha mengerti keadaanku “Pulang yuk” lanjutnya. Dan seperti tak punya
kekuatan untuk menolak, aku pun menuruti Yun Ha untuk segera pulang. Mungkin
benar kalau aku butuh istirahat. Atau sebaliknya, mungkin aku cemburu.
***
(Kim Hee Rae)
Aku berlari menuju kamarku, lalu
menumpahkan tangisku disana. Mungkin selama ini aku terlalu mengingkari. Aku
hanya tidak ingin mencari tau sesuatu yang bisa membuatku tersakiti. Tetapi
ketika benar-benar tau dan melihat semuanya dengan mata kepala sendiri,
ternyata rasanya lebih sakit lagi. Aku yakin kalau sekarang aku sedang patah
hati. Ternyata benar kalau Soo Jin Oppa
sudah memiliki pacar. Dan gadis yang bersamanya tadi sangat dewasa dan cantik.
Dia juga pasti sudah bekerja, terlihat dari penampilannya yang menggunakan
setelan jas. Sementara aku, hanya seorang anak sekolahan yang jatuh cinta pada Guru
Lesnya.
Aku rasa sudah saatnya aku menjauh
dari Soo Jin Oppa. Lagi pula jadwal
kursusku juga sebentar lagi akan selesai. Dan tinggal menghitung hari aku akan
pindah ke Indonesia. Jika perasaan cinta bisa tumbuh karena terlalu sering
bersama, maka mungkin saja perasaan cinta itu bisa hilang karena
ketidakbersamaan yang terlalu lama. Dengan tidak bertemu Soo Jin Oppa dalam waktu yang lama, mungkin akan
membuat aku melupakannya dengan mudah. Menjauh dari sekarang tidak akan terlalu
sakit, dibanding terus berharap dari sesuatu yang tidak pasti. Kalau pun nanti
aku dan Soo Jin Oppa memang
ditakdirkan bersama, kita berdua pasti akan bertemu lagi di Indonesia. Bukankah
sesuatu yang sudah ditakdirkan bersama, maka apapun yang mencegahnya, dia pasti
akan menemukan jalan untuk menyatu.
Oppa, maaf kalau aku harus menjauhimu mulai saat ini. Sebenarnya aku tidak yakin dengan apa yang akan kulakukan. Orang selalu bilang kalau cinta itu tak pernah salah. Tapi kenapa kali ini aku dibiarkan jatuh cinta pada dirimu yang tidak sendiri lagi. Apakah aku salah dengan perasaan cinta ini. Oppa, ottoke14?? Jika kamu punya jawabnya, tolong beritahu aku. ***
1. Apa
2. Tidak
3. Ayah
4. Ibu
5. Panggilan akrab kakak laki-laki
6. Siapa?
7. Ayo kita pergi
8. Iya
9. Pacar
10. Oppa, baik-baik saja?
11. Ada masalah apa?
12. Maaf
13. Aku mengerti
14. Harus bagaimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar