10 Oktober 2013

Cerpen "CERITA CINTA DI GOA LONDA"

Aku menatap nanar dua tulang tengkorak yang berdampingan disudut goa yang gelap dan dingin ini. Sekujur tubuhku ikut membeku. Bukan karena aku merasa ketakutan, sama sekali bukan. Tetapi karena aku teringat kenangan setahun lalu ditempat ini. Tempat yang sama, menyaksikan dua tengkorak berdampingan yang masih sama. Hanya saja keadaannya kini yang sudah berbeda. Dulu aku memandang dua tengkorak ini bersama denganmu, dengan perasaan takjub dan sedikit berbunga-bunga. Tapi kini, aku memandangnya seorang diri, hampa, dengan mata yang nyaris berkaca-kaca.

Setahun yang lalu kita pernah ketempat ini, mengikuti study tour bersama teman-teman seangkatan kita diFakultas Bahasa Inggris. Meskipun sudah tinggal lama di Sulawesi, tapi itu adalah pertama kalinya aku mengunjungi Tana Toraja. Beda denganmu yang memiliki hobi menjelajah. Dan mungkin itu adalah perjalananmu yang ketiga kalinya. Makanya kamu sangat berbangga hati saat akhirnya terpilih menjadi Leader Rombongan kita.

Tana Toraja memang sudah dikenal hingga diluar Sulawesi, bahkan sampai diluar negeri. Selain tentang rumah adat dan hasil ukirannya, Tana Toraja juga sangat terkenal dengan ritual pemakamannya. Dan dari semua lokasi yang kita kunjungi waktu itu, diantaranya Kampung Labo, Lemo, Londa, Kambira dan Suaya, semuanya menceritakan tentang pesta kematian dan tata cara penguburan yang unik. Memang terdengar sangat menyeramkan sih, dan aku beruntung karena memiliki kamu. Jadi aku bisa menggenggam jemarimu setiap kali merasa ketakutan atau bersembunyi dibalik punggungmu setiap kali menyaksikan pemandangan yang menyeramkan.

Aku ingat, saat itu di Kampung Lebo sedang berlangsung upacara kematian. Ada banyak binatang yang dikorbankan dalam acara tersebut. Salah satunya kerbau, yang harganya bisa mencapai ratusan juta. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diiringi musik dan tarian.

Saat itu aku melihat empat orang lelaki tampak mengusung seekor babi yang beratnya tak kurang dari 50kg. Dan itu pertama kalinya aku melihat babi secara langsung, yang seketika membuatku bertanya-tanya

“Roy, jadi seperti itu yah binatang babi?” bisikku ditelingamu waktu itu

“Iya, memang kamu belum pernah liat?”

“Belum” jawabku jujur “Tapi kok warnanya abu-abu sih?”

Hah? Harusnya??tanyamu dengan wajah bingung

“Bukannya babi itu berwarna pink seperti yang ada dalam film kartun?” jelasku yang seketika membuatmu mati-matian tertawa

Aku memang sangat menyukai warna pink, bahkan bisa dibilang aku maniak. Hampir semua barang yang aku gunakan semuanya bewarna pink. Tas, sepatu, handphone, kamera digital, semuanya. Dan kamu sudah bisa menerima semua itu. Meskipun cewek PINK sepertiku sebenarnya bukanlah kriteria idaman seorang cowok penjelajah sepertimu. Dan ketika aku juga berpikir kalau binatang babi itu berwarna pink, kamu mengatakan kalau imajinasiku terlalu tinggi. Dan itu membuatmu tidak henti-hentinya tertawa.

Setelah itu, sebagai Leader Rombongan, kamu kemudian membawa kita menuju Kambira. Sebuah tempat yang biasa disebut kuburan bayi. Nampak hutan bambu yang lebat, tumbuh dengan padat seolah memayungi jalan setapak yang kita lalui waktu itu. Sejuk memang, tapi tetap membawa aura mistis yang sempat membuat bulu kuduk merinding. Tepat ditengah-tengah hutan bambu itu, berdiri kokoh Pohon Tarra. Pada batang pohon ini, nampak beberapa ijuk berbentuk persegi. Dibalik ijuk itu tersimpan mayat-mayat bayi. Kuburan pohon inilah yang disebut Baby Grave.

Toraja memang sebuah tempat yang tidak hanya menyuguhkan bentangan alam yang memukau, namun juga menyimpan akar tradisi budaya yang masih kental. Salah satunya tradisi tentang kematian. Dan ada satu cerita kematian paling romantis, sekaligus tragis, yang membuatku tidak bisa melupakan tempat ini. Menatap dua tulang tengkorak yang berdampingan dalam goa yang dingin dan sepi ini.

Dulu, dikampung ini ada seorang gadis yang sangat cantik. Namanya Lebonna” ceritamu saat itu, ketika kamu baru saja kembali dari perjalanan pertamamu mengunjungi Tana Toraja.

Katamu, Lebonna adalah gadis rebutan dikampungnya. Tapi dia lebih memilih jatuh hati pada seorang lelaki bernama Massudilalong Paerengan. Seorang lelaki tampan, pemberani dan sakti. Mereka berdua pun saling mengikat janji, untuk sehidup semati. Dan saat meninggal nanti, mereka berdua ingin dimakamkan dalam satu peti yang sama.

Sungguh kisah yang romantis, apalagi kamu bilang kalau kisah mereka dikenal sebagai kisah Romeo dan Juliet versi Tana Toraja.

Kemudian seiring berjalannya waktu, hubungan mereka berdua pun semakin dekat, sehingga banyak orang yang cemburu pada mereka. Hingga suatu hari, terdengarlah kabar bahwa daerah tetangga akan melakukan penyerangan, dan Paerengan yang memang dikenal sebagai Ksatria, dipercayakan untuk memimpin pasukan.

Saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam kabur dari medan pertempuran dan datang menemui Lebonna. Dia kemudian menyampaikan berita bohong, bahwa Paerengan telah gugur dalam medan pertempuran, berharap Lebonna akan berpaling hati padanya. Namun yang terjadi, Lebonna sama sekali tidak bergeming, karena cintanya memang hanya untuk Paerengan.

Berhari-hari Lebonna mengurung diri dan tak mau makan. Setiap malam dia selalu teringat akan janji mereka untuk sehidup semati. Hingga akhirnya, Lebonna menepati janji yang pernah dia ucapkan bersama Paerengan. Lebonna memilih gantung diri demi membuktikan cinta sucinya. Dia ingin menyusul Paerengan yang telah lebih dulu mati dimedan pertempuran.

Setelah tewas gantung diri, jasad Lebonna kemudian dimakamkan disebuah liang batu. Dan saat akan dimasukkan kedalam liang, tiba-tiba sebuah pintu baru tertutup rapat, hingga rambut panjang Lebonna masih terurai keluar sampai bibir goa. Menurut kepercayaan masyarakat Toraja, saat itu Lebonna masih belum rela masuk kedalam liang tanpa ditemani Paerengan, sang kekasih yang sudah mengikat janji dengannya untuk sehidup semati.

Paerengan pun akhirnya kembali dari medan pertempuran dengan membawa kabar kemenangan. Namun alangkah terpukulnya dia ketika tau kalau Lebonna telah meninggal dunia. Sejak saat itu, hidup Paerengan pun semakin tidak menentu.

Lalu suatu hari, Paerengan meminta Dodeng, pembantu terdekatnya untuk mengambilkan tuak, yang pohonnya kebetulan berdekatan dengan liang kubur Lebonna. Dan saat akan mengambil tuak, tiba-tiba Dodeng mendengar suara Lebonna melalui lirik sebuah lagu. Dalam lagu itu Lebonna selah ingin menyampaikan bahwa dia belum rela mati tanpa ditemani Paerengan, kekasihnya yang sudah berjanji akan sehidup semati.

            Setelah mendengar lagu itu, Dodeng buru-buru berlari kerumah Paerengan tanpa sempat mengambil tuak lagi. Dia pun tidak menceritakan hal itu kepada Paerengan karena masih belum yakin dengan apa yang didengarnya. Hingga besoknya, Dodeng kembali untuk mengambil tuak. Dan suara itu kembali didengarnya. Dodeng pun lalu mengambil langkah seribu tanpa membawa tuak. Paerengan pun semakin curiga melihat sikap Dodeng yang ketakutan. Dia kemudian memaksa Dodeng untuk bercerita. Dan seolah ingin membuktikannya sendiri, Paerengan pun mengikuti Dodeng mengambil tuak. Dan suara itu kembali terdengar. Paerengan benar-benar tak percaya mendengar pesan Lebonna melalui lirik lagu itu. Dia merasa sangat bersalah karena tidak menepati janjinya.

            Sebagai Panglima Perang, Paerengan akhirnya meminta semua pasukannya berkumpul dengan membawa tombak. Saat itu puluhan kerbau telah disiapkan. Dan semua tentaranya telah menancapkan tombak masing-masing dengan posisi mata menghadap keatas. Saat semua warga dan tentara berkumpul, diam-diam Paerengan naik keatas atap pendopo. Mereka semua berpikir Paerengan akan menyampaikan pidato. Namun yang terjadi, Paerengan justru melompat tepat diatas ratusan tombak yang telah ditancapkan. Dia pun seketika tewas dengan tragis.

Namun ternyata Paerengan dimakamkan ditempat lain, bukan ditempat Lebonna pernah dimakamkan. Hingga yang terjadi, jenazah Paerengan selalu kembali kerumahnya secara tiba-tiba. Dan kejadiaan aneh itu terulang selama tiga kali. Sampai akhirnya Dodeng menceritakan semuanya. Hingga Paerengan pun dimakamkan satu liang dengan Lebonna. Saat itulah mayat Paerengan menjadi tenang, karena dia telah memenuhi janjinya.

       Mungkin cerita kematian Lebonna dan Paerengan yang menjadi alasan pertamaku untuk datang mengunjungi Tana Toraja. Sejak kamu menceritakan kisah mereka malam itu, aku ingin sekali bisa mengunjungi Toraja demi menyaksikan langsung dua tengkorak pasangan cinta sejati itu. Hingga setahun lalu, ditempat yang sama, disuatu pagi saat semua peserta study tour masih tertidur lelap karena kelelahan, kamu mengajakku ketempat ini. Didepan dua tulang tengkorak ini, dengan tangan kita yang bergandengan erat, kamu berjanji kalau kita akan selalu bersama. Tak akan pernah terpisah, hingga kematian menjemput kita.

       Tapi Tuhan berkata lain. Kita berdua ternyata tidak diizinkan untuk selamanya bersama. Kecelakaan mobil tiga bulan lalu seolah meyakinkan aku kalau manusia hanya bisa berencana. Sementara Tuhan yang menentukan segalanya. Kini kamu telah pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya. Meninggalkan semua janji dan mimpi indah yang pernah kita rangkai bersama.

            Tempat ini masih sama, dua tulang tengkorak itu juga masih sama, hanya saja keadaan yang kini sudah berbeda. Dulu aku ketempat ini bersamamu, menggenggam jemarimu setiap kali aku merasa ketakutan, atau bersembunyi dibalik punggungmu setiap kali melihat pemandangan yang menyeramkan. Tapi kini, aku berdiri ditempat ini, sendiri dan sepi. Tak ada lagi jemari yang bisa kugenggam saat ketakutan. Juga punggung hangat yang bisa melindungiku dari kesepian. Tanpa sadar air mataku menetes perlahan

         “Kak Rara, kok ngelamun disini? Teman-teman udah nungguin tuh diluar” buru-buru aku menghapus air mataku “Habis ini kita mau kemana lagi?” ujar Dita memaksaku tersenyum. Kalau dulu aku ke Toraja dengan kamu sebagai leader rombongan kita. Sekarang aku yang malah menjadi leader untuk adik-adik angkatan kita. Kamu pasti tak akan percaya.

            Aku memang tidak memiliki jiwa penjelajah sepertimu. Pecinta khasanah budaya dan selalu memiliki banyak cerita petualangan indah. Aku bahkan hanya seorang gadis manja yang tidak memiliki keberanian untuk bepergian. Tapi sejak saat itu, Toraja seolah telah mendapat ruang tersendiri dihatiku. Aneh memang, padahal ditempat ini sangat sarat dengan kejadian mistis yang bisa membuatku ketakutan. Sebuah tempat dimana kita bisa menyaksikan sebuah kematian dengan lebih dekat.

Kamu pernah bilang padaku, mencintai budaya itu sama halnya dengan mencintai orang yang kita sayang. Kita tak akan pernah tau betapa indah, betapa hebatnya sebuah kebudayaan jika kita tidak menyatu dengannya. Begitu juga dengan cinta, harus menyatu dulu untuk bisa tau segalanya. Dan perjalanan ke Toraja bagiku adalah sebuah perjalanan yang sarat dengan makna cinta.

Aku bisa melihat kecintaan masyarakat Toraja terhadap leluhur dan Tuhan mereka, sehingga mereka masih tetap memelihara dan mempertahankan tradisi penguburan yang unik ini. Kecintaan orang tua terhadap bayi-bayi mereka, sehingga memilih menguburkan jenazahnya di Pohon Tarra agar bisa mendapat susu dan memudahkan jalan menuju syurga. Juga besarnya cinta Lebonna dan Paerengan sehingga mereka lebih memilih menjalani kematian bersama. Semua itu adalah bukti betapa Toraja adalah sebuah tempat yang dipenuhi dengan cerita cinta.

Dan aku yakin, akan selalu ada alasan untuk kembali mengunjungi tempat ini. Selain karena budayanya yang kental dan unik berbalut keindahan alam yang menakjubkan, aku juga memiliki sebuah kenangan indah ditempat ini. Kenangan bersamamu di Goa Londa yang tak akan bisa terlupakan. Meski kini kamu tak ada lagi bersamaku, menemani aku menjelajahi beragam kebudayaan dan merangkai cerita indah petualangan, tapi kamu akan selalu ada dihatiku. Seperti boneka babi berwarna pink pemberianmu, yang kini selalu menemaniku kemana-mana. Aku percaya, tak harus menjadi Lebonna untuk bisa membuktikan rasa cintaku padamu. Memilih menjalani kematian bersama, bukanlah satu-satunya cara untuk bisa membuktikan kekuatan cinta. Justru dengan melanjutkan hidup, aku bisa membuktikan betapa aku sangat mencintai kehidupan yang sudah diberikan Tuhan padaku.

Dan aku janji akan terus melanjutkan hidupku, dengan berbagai cerita petualangan baru. Cerita perjalanan penuh cinta yang tak akan pernah lelah kutuliskan untukmu. Doa tulus akan selalu kukirimkan padamu, semoga kamu selalu bahagia dialam sana. @murthyf.rone 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar