Tiba-tiba saja kepikiran untuk
buat postingan yang tidak penting ini. Mungkin karena sekarang aku lagi
nyelesain naskah yang mengambil tema tentang Dongeng (lagi). Dulu juga aku
pernah menerbitkan Buku Antologi Cerpen dengan judul Dongeng Sehari. Entah kenapa
aku suka sekali menulis dengan mengambil tema Dongeng. Setelah berhasil dengan
Cerpen berjudul FAIRYTALE yang masuk sebagai nominasi Cerpen Jepang, sekarang
aku mencoba menulis lagi sebuah cerpen dengan tema Dongeng. Kali ini kolaborasi
tentang Sang Barbie dan Cinderella. Penasaran? Aku sendiri yang menulisnya juga
sangat exicted dengan cerita ini. Bahkan dibeberapa bagian aku sempat sesegukan
waktu nulis. Okeh, penulis baper emang kayak gitu.
Cerpen ini pun aku buat untuk
ikut serta dalam sebuah lomba yang lumayan bergengsi sih. Dan naskahnya itu 20
sampai 30 halaman. Dan aku baru nulis kurang lebih 15 halaman. Deadline masih
lama sih, tapi bukan berarti aku harus leyeh-leyeh gitu. Karena setelah cerpen
ini selesai, aku masih harus fokus untuk menyelesaikan sebuah Novel untuk Lomba
juga. Pokoknya, jadwal menulisku lagi padat merayap, hampir ngesot pula. Untungnya
bukan Suster. Eh? #Abaikan!!
Yang pasti kehidupan itu
bukanlah sebuah dongeng yang selalu happy ending. Cita-cita yang tak selamanya
berujung kesuksesan. Juga kisah cinta yang tak selalu menjanjikan kebahagiaan,
malah lebih sering menyakitkan dan berujung kekecewaan.
Seperti kisah yang sementara aku
tulis ini. Sang Barbie tidak selalu tentang seorang perempuan cantik, seksi, tinggi,
memiliki kaki jenjang dan rambut bergelombang. Barbie yang manja dan hidupnya selalu
bersenang-senang. Atau tentang Cinderella yang bertemu Pangeran dan
meninggalkan sepatu kaca disebuah pesta dansa. Sungguh ini bukan dongeng yang
seperti itu. Dan kehidupan nyata tidaklah selalu berakhir dengan bahagia.
Kamu tidak perlu meninggalkan sebelah
sepatu kaca, apalagi ditengah malam buta, hanya karena berharap seorang
Pangeran akan menemukanmu. Tidak akan ada pula sang Peri yang akan menyihir
labu menjadi kereta kuda. Kalaupun ada, labunya pasti dibuat sayur, lalu
dimakan bersama. Sepatu sebelah juga tidak bisa dipakai siapa-siapa, sekalipun
sepatu itu terbuat dari kaca dan sangat mempesona. Paling juga pemulung yang
menemukannya akan sangat bahagia. Karena Dongeng hanya ada dalam buku cerita. Hanya
sebagai pengantar tidur saja. Kalau pun sepatumu hilang sebelah, mungkin kamu
yang lupa naruh atau sengaja membuangnya dimana.
Tidak harus dengan meninggalkan
sepatu sebelah agar seseorang menemukanmu. Karena jodoh tidak ditentukan dari
sebuah sepatu atau kisah sayur labu. Jodoh itu…. Eh kok jadi ngebahas jodoh
sih. Aduh sebelum pembahasan semakin jauh, kayaknya stop dulu postingan tidak
penting ini. Aku mau lanjutin naskah ini dulu, biar cepat beres. Biar bisa
lanjut ke tulisan berikutnya. Semangat menulis…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar